Rabu, 13 Januari 2016

Teten Masduki (Aktivis Antikorupsi)


Pria kelahiran Garut, Jawa Barat, 6 Mei 1963, adalah salah seorang yang pantas dijuluki sebagai aktivis antikorupsi di Indonesia. Kendati berbagai isu miring juga terkadang mewarnai aktivitasnya. Namanya mencuat ketika Indonesia Corruption Watch (ICW), membongkar kasus suap yang melibatkan Jaksa Agung Andi M. Ghalib pada masa pemerintahan Presiden Republik Indonesia Ketiga (1998-1999) BJ Habibie. Gebrakannya melalui ICW itu memaksa Andi Ghalib turun dari jabatannya. Berkat keberaniannya mengungkap kasus itu, Teten dianugerahi Suardi Tasrif Award 1999.
Suami Suzana Ramadhani, ini pun terus menggelorakan gerakan anti korupsi hingga terpilih sebagai penerima Penghargaan Magsaysay untuk kategori pelayanan publik, 2005. Dia menerima penghargaan itu bersama seorang tokoh dari India.
Teten mengakui, penghargaan tersebut memberikan energi baru baginya dalam bergelut di dunia pemberantasan korupsi. Penghargaan ini semakin memperteguh keyakinannya bahwa langkah yang mereka lakukan selama ini meskipun belum membuahkan banyak hasil, tetapi sudah dihargai.
Sebelum Teten, Yayasan Ramon Magsaysay telah memberikan penghargaan kepada 16 warga negara Indonesia, antara lain Nafsiah Mboi (dokter), Mochtar Lubis (wartawan), Gubernur DKI Jakarta (1966-1977) Ali Sadikin (mantan Gubernur DKI Jakarta), HB Yasin (Sastrawan), Presiden Republik Indonesia Keempat (1999-2001) Abdurrahman Wahid (mantan Presiden Republik Indonesia Presiden RI), Pujangga Tetralogi Bumi Manusia Pramoedya Ananta Toer (pengarang), Atmakusumah Astraatmadja (tokoh pers), dan Dita Indah Sari (Aktivis buruh).
Teten adalah anak seorang petani, ayahnya Masduki dan ibunya Ena Hindasyah. Dia dibesarkan dalam kesederhanaan hidup di Limbangan, Garut, Jawa Barat. Ayahnya sering berpesan agar ia jangan menjadi pegawai negeri atau tentara. Pendidikan SD sampai SMA berjalan apa adanya tanpa perhatian khusus dari kedua orang tuanya. Semula ia bercita-cita menjadi insinyur pertanian. Namun akhirnya, ia kuliah di jurusan kimia IKIP Bandung.
Tapi perhatiannya terhadap masalah-masalah sosial sangat menonjol. Bahkan sejak SMA hingga saat kuliah, ia sering ikut kelompok diskusi, mempelajari masalah sosial. Sejak 1985, Teten mulai terjun di dunia Aktivis. Pertama kali dia ikut aksi demontrasi membela petani Garut yang tanahnya dirampas. Kemudian setelah menyelesaikan pendidikannya dari IKIP, dia direkrut LSM informasi dan studi hak asasi manusia. Dia memulai aktivitasnya sebagai staf peneliti pada Institut Studi dan Informasi Hak Asasi Manusia (1978-1989).
Kemudian dia menjabat Kepala Litbang Serikat Buruh Merdeka Setiakawan (1989-1990). Dari sana, dia beranjak menjabat Kepala Divisi Perburuhan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (1990-2000). Ketika itu dia makin banyak berhubungan dengan buruh. Apalagi pada saat yang bersamaan, dia juga aktif sebagai Koordinator Forum Solidaritas Buruh (1992-1993) dan Koordinator Konsorsium Pembaruan Hukum Perburuhan (1996-1998).
Kemudian pada era reformasi, Teten aktif sebagai Koordinator Indonesia Corruption Watch (1998-2009). Keterlibatannya di ICW didorong kegeramannya melihat merajalelanya korupsi di negeri ini. Dia pun telah mengungkap berbagai kasus korupsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar